Tuesday, July 31, 2012

Kisah Orang Tua kepada seorang Anaknya


Aku ingin menjadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan

Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap kali ujian, anak perempuanku tetap mendapat ranking ke-23. Lambat laun membuat dia mendapatkan nama panggilan dengan nomor ini, dia juga menjadi murid kualitas menengah yang sesungguhnya. Sebagai orangtua, kami merasa nama panggilan ini kurang enak didengar, namun anak kami ternyata menerimanya dengan senang hati. Suamiku mengeluhkan ke padaku, setiap kali ada kegiatan di perusahaannya atau pertemuan alumni sekolahnya, setiap orang selalu memuji-muji "Superman cilik" di rumah masing-masing, sedangkan dia hanya bisa menjadi pendengar saja.

Anak keluarga orang, bukan saja memiliki nilai sekolah yang menonjol, juga memiliki banyak keahlian khusus. Sedangkan anak nomor 23 di keluarga kami tidak memiliki sesuatu pun untuk ditonjolkan. Dari itu, setiap kali suamiku menonton penampilan anak-anak berbakat luar biasa dalam acara televisi, timbul keirian dalam hatinya sampai matanya bersinar-sinar. Kemudian ketika dia membaca sebuah berita tentang seorang anak berusia 9 tahun yang masuk perguruan tinggi, dia bertanya dengan hati pilu kepada anak kami: Anakku, kenapa kamu tidak terlahir sebagai anak dengan kepandaian luar biasa? Anak kami menjawab: Itu karena ayah juga bukan seorang ayah dengan kepandaian luar biasa. Suamiku menjadi tidak bisa berkata apa-apa lagi, saya tanpa tertahankan tertawa sendiri.

Pada pertengahan musim gugur, semua sanak keluarga berkumpul bersama untuk merayakannya, sehingga memenuhi satu ruangan besar di restoran. Topik pembicaraan semua orang perlahan-lahan mulai beralih kepada anak masing-masing. Dalam kemeriahan suasana, anak-anak ditanyakan apakah cita-cita mereka di masa mendatang? Ada yang menjawab akan menjadi pemain piano, bintang film atau politikus, tiada seorang pun yang terlihat takut mengutarakannya di depan orang banyak, bahkan anak perempuan berusia 4½ tahun juga menyatakan kelak akan menjadi seorang pembawa acara di televisi, semua orang bertepuk tangan mendengarnya. Anak perempuan kami yang berusia 15 tahun terlihat sibuk sekali sedang membantu anak-anak kecil lainnya makan. Semua orang mendadak teringat kalau hanya dia yang belum mengutarakan cita-citanya kelak. Di bawah desakan orang banyak, akhirnya dia menjawab dengan sungguh-sungguh: Kelak ketika aku dewasa, cita-cita pertamaku adalah menjadi seorang guru TK, memandu anak-anak menyanyi, menari dan bermain-main. Demi menunjukkan kesopanan, semua orang tetap memberikan pujian, kemudian menanyakan akan cita-cita keduanya. Dia menjawab dengan besar hati: Saya ingin menjadi seorang ibu, mengenakan kain celemek bergambar Doraemon dan memasak di dapur, kemudian membacakan cerita untuk anak-anakku dan membawa mereka ke teras rumah untuk melihat bintang-bintang. Semua sanak keluarga tertegun dibuatnya, saling pandang tanpa tahu akan berkata apa lagi. Raut muka suamiku menjadi canggung sekali.

Sepulangnya ke rumah, suamiku mengeluhkan ke padaku, apakah aku akan membiarkan anak perempuan kami kelak menjadi guru TK? Apakah kami tetap akan membiarkannya menjadi murid kualitas menengah? Sebetulnya, kami juga telah berusaha banyak. Demi meningkatkan nilai sekolahnya, kami pernah mencarikan guru les pribadi dan mendaftarkannya di tempat bimbingan belajar, juga membelikan berbagai materi belajar untuknya. Anak kami juga sangat penurut, dia tidak membaca komik lagi, tidak ikut kelas origami lagi, tidur bermalas-malasan di akhir minggu juga tidak dilakukan lagi. Bagai seekor burung kecil yang kelelahan, dia ikut les belajar sambung menyambung, buku pelajaran dan buku latihan dikerjakan tanpa henti. Namun biar bagaimana pun dia tetap seorang anak-anak, tubuhnya tidak bisa bertahan lagi dan terserang flu berat. Biar sedang diinfus dan terbaring di ranjang, dia tetap bersikeras mengerjakan tugas pelajaran, akhirnya dia terserang radang paru-paru. Setelah sembuh, wajahnya terlihat kurus banyak. Akan tetapi ternyata hasil ujian semesternya membuat kami tidak tahu mau tertawa atau menangis, tetap saja nomor 23.

Kemudian, kami juga mencoba untuk memberikan penambah gizi dan rangsangan hadiah, setelah berulang-ulang menjalaninya, ternyata wajah anak perempuanku semakin pucat saja. Apalagi, setiap kali akan ujian, dia mulai tidak bisa makan dan tidak bisa tidur, terus mencucurkan keringat dingin, terakhir hasil ujiannya malah menjadi nomor 33 yang mengejutkan kami. Aku dan suamiku secara diam-diam melepaskan aksi menarik bibit ke atas demi membantunya tumbuh ini. Dia kembali pada jam belajar dan istirahatnya yang normal, kami mengembalikan haknya untuk membaca komik, mengijinkannya untuk berlangganan majalah "Humor anak-anak" dan sejenisnya, sehingga rumah kami menjadi tenteram kembali. Kami memang sangat sayang pada anak kami ini, namun kami sungguh tidak mengerti akan nilai sekolahnya.

Pada akhir minggu, teman-teman sekerja pergi rekreasi bersama. Semua orang mempersiapkan lauk terbaik dari masing-masing, dengan membawa serta suami dan anak untuk piknik. Sepanjang perjalanan penuh dengan tawa dan guyonan, ada anak yang bernyanyi, ada juga yang memperagakan karya seni pendek. Anak kami tiada keahlian khusus, hanya terus bertepuk tangan dengan gembira. Dia sering kali lari ke belakang untuk menjaga bahan makanan. Merapikan kembali kotak makanan yang terlihat agak miring, mengetatkan tutup botol yang longgar atau mengelap jus sayuran yang bocor ke luar. Dia sibuk sekali bagaikan seorang pengurus rumah tangga cilik.
Ketika makan terjadi satu kejadian di luar dugaan. Ada dua orang anak lelaki, satunya adalah bakat matematika, satunya lagi adalah ahli bahasa Inggeris. Kedua anak ini secara bersamaan menjepit sebuah kue beras ketan di atas piring, tiada seorang pun yang mau melepaskannya, juga tidak mau membaginya. Walau banyak makanan enak terus dihidangkan, mereka sama sekali tidak mau peduli. Orang dewasa terus membujuk mereka, namun tidak ada hasilnya. Terakhir anak kami yang menyelesaikan masalah sulit ini dengan cara sederhana yaitu lempar koin untuk menentukan siapa yang menang.

Ketika pulang, jalanan macat dan anak-anak mulai terlihat gelisah. Anakku terus membuat guyonan dan membuat orang-orang semobil tertawa tanpa henti. Tangannya juga tidak pernah berhenti, dia mengguntingkan banyak bentuk binatang kecil dari kotak bekas tempat makanan, membuat anak-anak ini terus memberi pujian. Sampai ketika turun dari mobil bus, setiap orang mendapatkan guntingan kertas hewan shio masing-masing. Ketika mendengar anak-anak terus berterima kasih, tanpa tertahankan pada wajah suamiku timbul senyum bangga.

Sehabis ujian semester, aku menerima telpon dari wali kelas anakku. Pertama-tama mendapatkan kabar kalau nilai sekolah anakku tetap kualitas menengah. Namun dia mengatakan ada satu hal aneh yang hendak diberitahukannya, hal yang pertama kali ditemukannya selama 30 tahun mengajar. Dalam ujian bahasa ada sebuah soal tambahan, yaitu siapa teman sekelas yang paling kamu kagumi dan alasannya. Selain anakku, semua teman sekelasnya menuliskan nama anakku.
Alasannya sangat banyak: antusias membantu orang, sangat memegang janji, tidak mudah marah, enak berteman, dan lain-lain, paling banyak ditulis adalah optimis dan humoris. Wali kelasnya mengatakan banyak usul agar dia dijadikan ketua kelas saja. Dia memberi pujian: Anak anda ini, walau nilai sekolahnya biasa-biasa saja, namun kalau bertingkah laku terhadap orang, benar-benar nomor satu.

Saya berguyon pada anakku, kamu sudah mau jadi pahlawan. Anakku yang sedang merajut selendang leher terlebih menundukkan kepalanya dan berpikir sebentar, dia lalu menjawab dengan sungguh-sungguh: “Guru pernah mengatakan sebuah pepatah, ketika pahlawan lewat, harus ada orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.” Dia pelan-pelan melanjutkan: “Ibu, aku tidak mau jadi pahlawan, aku ingin jadi orang yang bertepuk tangan di tepi jalan.” Aku terkejut mendengarnya dan mengamatinya dengan seksama.
Dia tetap diam sambil merajut benang wolnya, benang warna merah muda dipilinnya bolak balik di jarum bambu, sepertinya waktu yang berjalan di tangannya mengeluarkan kuncup bunga. Dalam hatiku terasa hangat seketika. Pada ketika itu, hatiku tergugah oleh anak perempuan yang tidak ingin menjadi pahlawan ini. Di dunia ini ada berapa banyak orang yang bercita-cita ingin menjadi pahlawan, namun akhirnya menjadi seorang biasa di dunia fana ini. Jika berada dalam kondisi sehat, jika hidup dengan bahagia, jika tidak ada rasa bersalah dalam hati, mengapa anak-anak kita tidak boleh menjadi seorang biasa yang baik hati dan jujur.

Jika anakku besar nanti, dia pasti akan menjadi seorang isteri yang berbudi luhur, seorang ibu yang lemah lembut, bahkan menjadi seorang teman kerja yang suka membantu, tetangga yang ramah dan baik. Apalagi dia mendapatkan ranking 23 dari 50 orang murid di kelasnya, kenapa kami masih tidak merasa senang dan tidak merasa puas? Masih ingin dirinya lebih hebat dari orang lain dan lebih menonjol lagi? Lalu bagaimana dengan sisa 27 orang anak-anak di belakang anakku? Jika kami adalah orangtua mereka, bagaimana perasaan kami?

Anakmu bukan milikmu.
Mereka putra putri sang Hidup yang rindu pada diri sendiri,
Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau,

Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu.
Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan bentuk pikiranmu,
Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah untuk raganya,
Tapi tidak untuk jiwanya,
Sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi sekalipun dalam mimpi.
Kau boleh berusaha menyerupai mereka,
Namun jangan membuat mereka menyerupaimu
Sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
Pun tidak tenggelam di masa lampau.
Kaulah busur, dan anak-anakmulah
Anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah Maha Tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia merentangmu dengan kekuasaan-Nya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihiNya busur yang mantap.

Khalil Gibran

Sunday, July 29, 2012

Hingga Ujung Waktu


Mau share salah satu lagu favorit saya, Sheila On 7 - Hingga Ujung Waktu...
Salah satu lagu terbaik SO7 menurut saya...
Lirik yang simple, penuh arti, diksi kata yang menarik, nada yang mengalun rendah dan tajam menusuk di hati, terutama untuk kaum lelaki...
Aiiih...

Coba lihat lirik lagu tersebut di sini :

Serapuh kelopak sang mawar
Yang disapa badai berselimutkan gontai
Saat aku menahan sendiri
Diterpa dan luka oleh senja

Semegah sang mawar dijaga
Matahari pagi bermahkotakan embun
Saat engkau ada di sini
Dan pekat pun berakhir sudah

Akhirnya aku menemukanmu
Saat ku bergelut dengan waktu
Beruntung aku menemukanmu
Jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu

Setenang hamparan samudera
Dan tuan burung camar
Tak’kan henti bernyanyi
Saat aku berkhayal denganmu
Dan janji pun terukir sudah

Jika kau menjadi istriku nanti
Pahami aku saat menangis
Saat kau menjadi istriku nanti
Jangan pernah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu

Klo mau denger dan lihat video klip lagu ini coba deh buka link ini :


Enjoy this song.....

SIKAP

Sikap lebih penting daripada ilmu,
daripada uang, daripada kesempatan,
daripada kegagalan, daripada keberhasilan,
daripada apapun yang mungkin dikatakan
atau dilakukan seseorang.

Sikap lebih penting
daripada penampilan, karunia, atau keahlian.
Hal yang paling menakjubkan adalah
Kita memiliki pilihan untuk menghasilkan
sikap yang kita miliki pada hari itu.

Kita tidak dapat mengubah masa lalu
Kita tidak dapat mengubah tingkah laku orang
Kita tidak dapat mengubah apa yang pasti terjadi

Satu hal yang dapat kita ubah
adalah satu hal yang dapat kita kontrol,
dan itu adalah sikap kita.

Hidup adalah 10 persen dari apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita,
dan 90 persen adalah bagaimana sikap kita menghadapinya.

Masih...


Masih jelas nyata dalam pandangan dan ingatan saat-saat indah itu...
Dan sekarang hanya semu nan tertutup batas keadaan...


Salahkah aku yang merindukan saat-saat indah yg sudah lama tak kutemui...
Salahkah aku yang hanya ingin merasakan seperti mereka di luar sana...
Salahkah aku yang menjadi terkadang menjadi lemah karena semua ini...


Maaf ya Tuhan jika aku mengeluh...


Aku hanya ingin sedikit saja merasakan seperti yang lain...
Aku hanya ingin sedikit saja meredam gejolak di hati ini...


Namun,
Jika semua ini adalah jalan yang Engkau takdirkan untukku,
Jika semua ini adalah hanya awal menuju kebahagiaan,
Akan kulalui dengan ikhlas dan dengan penuh rasa syukur...

Friday, July 27, 2012

Untitled


Engkau memang indah
Dan aku bersyukur Tuhan memperkenalkanku pada keindahan itu
Seperti aku juga bersyukur cinta ini telah jatuh kepadamu
yang dalam paras cantik wajahmu, engkau menyimpan aura penuh keluguan
yang dalam rona indah auramu, engkau menyimpan pesona bagaikan bidadari
yang dalam kesederhanaan ekspresimu, engkau menyimpan kasih sayang yang tulus
yang dalam kesederhanaan katamu, engkau menyimpan perhatian dan kesabaran
yang dalam keterbatasan kondisimu, engkau menyimpan harapan penuh makna
yang dalam keterbatasan kuasamu, engkau menyimpan kekayaan cinta untukku


Apa lagi yang belum kudapatkan?
Aku tak perlu apa yang tak kau miliki
Aku tak butuh apa yang tak bisa kau penuhi
Aku hanya perlu memahamimu
Menerima kekuranganmu, mensyukuri semua kebaikan yg ada padamu
Dan mencintaimu dengan tulus, setulus engkau mencintaiku
Cinta ini akan selalu membawaku padamu, dan engkau padaku
Dan berharap takdir cinta kan temukan dirimu disisiku
Selamanya bersama dan tak pernah terpisah tuk terus menjadi satu
Hingga menemukan kebahagiaan tanpa memperdulikan lagi jalannya waktu


Thursday, July 26, 2012

Do'a


Ketika aku meminta kesabaran
Allah memberikan aku cobaan
Agar aku menjadi sabar


Ketika aku meminta kekuatan
Allah memberikan aku ujian
Agar aku menjadi lebih kuat


Ketika aku meminta kemulyaan
Allah memberikan orang-orang yang menghinaku
Agar aku menjadi lebih mulya di mata-Nya


Ketika aku meminta kebijaksanaan
Allah memberikan aku masalah-masalah
Agar aku menjadi lebih bijaksana karnanya


Ketika aku meminta keberhasilan
Allah memberikan aku kegagalan-kegagalan
Agar aku dapat belajar dari padanya


Ketika aku meminta cinta Allah
Allah memberikan aku orang-orang untuk diberikan petunjuk
Agar aku dapat menebarkan cinta-Nya


Sungguh,
Aku tak pernah mendapatkan
Apa yang aku inginkan
Namun,
Aku selalu mendapatkan
Apa yang aku butuhkan


Berjalan menuju Mimpi...


Hampir 22, yap itulah tahun aku sudah berada di dunia ini...

Waw tahun yg seharusnya sedang berjalan atau bahkan berlari tuk meraih mimpi-mimpi dan harapan dalam hidup...

Aku mungkin sedang menuju kesana, meskipun dengan berjalan tertatih, terseok-seok, penuh rintangan...
Takkan lelah meski langkah berat di kaki, takkan mengeluh meski peluh selalu ada dalam seluruh usaha ini...
Aku akan tetap menuju mimpi-mimpiku...

Dan hanya satu yang benar-benar kuharapkan...

Saat aku telah meraih mimpiku, aku harap kamu masih akan tetap berada disampingku...
Karena sesungguhnya mimpi aku adalah mimpi kita...


Mimpi kita berdua.........

Wednesday, July 25, 2012

Bersyukurlah, Hai Anak Muda!

Bersyukurlah bagi mereka yg masa mudanya banyak diberi ujian dan cobaan oleh-Nya....

Sesungguhnya tidak ada pisau yg tajam tanpa diasah....

tidak ada paku yg kuat menancap pd sebatang kayu kecuali dipukul dengan kuat....

dan tidak ada pedang yg bagus kecuali dari besi yg terus dibakar dan ditempa....

Bersyukurlah! Karena Allah SWT takkan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya....

Friday, July 20, 2012

Tugu-Re Cup 2012

Mungkin ini adalah pertama kalinya gw merasa bangga dengan apa yang dicapai untuk olahraga satu ini yg gw suka. Gw merasa bangga dengan datangnya gw, bisa mengangkat nama perusahaan di bagian olahraga sehingga dipandang oleh perusahaan lain.

Bisa mencapai perempatfinal dan mendapatkan hadiah dan yang paling penting mengembalikan semangat bertanding para 'gladiator' perusahaan ini adalah sebuah pencapaian luar biasa untuk sebuah perusahaan yang tadinya ga dianggap sedikitpun. Semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik lagi. amin

Mauu share ahh 'aksi-aksi' saya dalam Tugu-Re Cup 2012 ini hehehe...
















Sunday, July 1, 2012

About Me

Adit Prasetyo, muncul ke dunia pada tanggal 1 bulan 9 tahun 1990, terima kasih kepada Allah SWT dan kedua orang tuaku yg memberiku kesempatan untuk merasakan manis pahitnya kehidupan setelah muncul di dunia ini.

Dimulai dengan masa kecilku yang menurutku penuh dengan kebahagiaan, tak pernah kurang akan cinta dan kasih sayang dari orang tua, penuh dengan kebebasan dan keceriaan, tanpa beban, hanya berpikir main, main, dan main, sungguh aku rindu akan masa-masa itu.

Betapa senangnya bila mengingat masa-masa kecil, yang ada hanya senyum mengembang, masa kecil sebagai anak singkong yg bahagia (bolehlah ku sebut begitu). Karena di masa itulah aku bertemu dengan teman-teman yg sangat suka bila bertemu dengan alam, bermain dengan tanpa sendal, lari-lari kesana kemari, bersepeda dengan kayuhan semangat, bermain bola dengan gagahnya, dan masih banyak dalam ingatanku yang mulai memudar tentang indahnya masa kecil itu. Yah, anak singkong itu sekarang telah berubah menjadi anak kota.

Yah benar, masa remajaku mulai membawaku menjadi anak kota, mulai mengenal pergaulan di jakarta, dan saat itulah aku mulai merasa sedikit demi sedikit kehilangan predikat anak singkongku, mulai akrab dengan asap-asap kendaraan dimana-dimana, mulai mengerti sifat invidualis orang-orang kota, dan mulai memahami bahwa aku harus bisa survive dan menyesuaikan akan hal yang baru dalam hidupku.

Lambat laun aku mulai terbiasa dengan semua ini, masa SMP dan SMA aku habiskan di pinggiran kota jakarta, dari situlah aku belajar bergaul, berteman dan menjadi teman dalam masa putih biru dan putih abu-abuku.

Hingga datang sebuah masa yang bisa kusebut 'bencana', ya masa perkuliahan, masa inilah yang benar-benar menuntutku mengerti akan arti kehidupan, bertubi-tubi masalah datang hingga sampai pada akhirnya memaksa aku menjadi seorang yg dewasa karenanya. Hingga kuakui, menjadi dewasa untuk masa sekarang ini adalah hal yang sangat penting, terlebih bila hidup memaksa dan terus memojokkan kita untuk menjadi dewasa, itulah yg kusebut tuntutan kehidupan. Kehidupan yang menuntut kita untuk terus belajar menjadi pribadi yang baik dan lebih baik setiap harinya. Sungguh masa ini merupakan masa yang akan sangat kukenang dalam hidup.

Dewasa, itulah nama yang mau tidak mau aku berikan kepada masa hidupku sekarang, ya masa dewasa. Aku senang berhasil melalui semua hidup dan kehidupanku sampai masa sekarang karena aku (sedikit) telah mengerti apa itu arti hidup.

Kini aku (mungkin) telah sampai pada masa dewasa, ya masa yang semakin menuntut akan tanggung jawab dan kejelasan hidup. Berusaha mencari rejeki yang Tuhan berikan demi tercapainya keinginan untuk membahagiakan orang tua dan tentunya berkeluarga (ini harus).

Dan pada akhirnya, sekarang yang terpenting adalah menikmati masa dewasa ini dengan Usaha, Doa dan Rasa Syukur demi tercapainya semua Cita Cinta Harapan dan Pengharapan dalam hidupku. Amin